Bisnis Indonesia Makin Banyak Perusahaan Manfaatkan Energi Baru dan Terbarukan
IESR menyebutkan bahwa biaya listrik PLTS saat ini berkisar US$65—137 per MWh dan diperkirakan turun menjadi US$27—US$48 per MWh pada 2030.
Bisnis, JAKARTA — Sejumlah perusahaan yang tergabung dalam Clean Energy Investment Accelerator (CEIA) menyatakan komitmen mereka untuk mendorong penggunaan EBT dalam kegiatan operasionalnya.
Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk terus mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT) mendapat respon positif dari pelaku bisnis.
Corporate Affairs Director PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) Ika Noviera mengatakan bahwa pihaknya telah mencanangkan target untuk bisa memiliki bauran EBT 100 persen dalam operasional perusahaan pada 2025.
Adapun pada saat ini, tingkat bauran EBT di Multi Bintang Indonesia telah mencapai 38 persen.
“Harapannya pemanfaatan EBT di semua fasilitas yang kami miliki bisa 65 persen pada 2022 dan 100 persen pada 2025. Kami memerlukan dukungan bagi pemerintah, PLN, dan pemangku kepentingan terkait lainnya,” katanya dalam webinar yang digelar, Jumat (10/9/2021).
Sementara itu, Head of Energy and Environment Policy Asia-Pacific Amazon Web Service Ken Haig menyatakan komitmen pihaknya untuk menerapkan bisnis yang berkelanjutan.
Dia mengatakan bahwa Amazon secara serius mengeluarkan investasi yang besar dalam pengembangan EBT di seluruh dunia.
Selain itu, untuk tahun depan pihaknya menargetkan untuk bisa menurunkan konsumsi energi dan emisi sebesar 78 persen dengan menjalankan bisnis awan berbasis ramah energi.
“Ini alasan kami investasi miliaran dolar untuk bantu kami mewujudkan dekarbonisasi,” jelasnya.
Sementara itu, kajian Institute for Essential Service Reform (IESR) mengungkapkan bahwa program surya nasional dengan target 18 gigawatt melalui pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) akan menarik minat investor hingga US$14,4 miliar.
Potensi ini dinilai akan mendukung tujuan pemerintah memenuhi target 23 persen bauran energi baru terbarukan pada 2025.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan bahwa Indonesia mempunyai peluang ekonomi dan lingkungan yang menjanjikan bagi investor global.
Potensi tersebut dapat dilihat seiring dengan transisi energi dari batu bara, gas, dan bahan bakar fosil menuju energi masa depan atau energi terbarukan.
“Energi surya akan menjadi andalan dalam strategi pengembangan energi terbarukan untuk mendorong pencapaian net zero emission pada 2060 atau lebih cepat mengingat potensinya yang besar dan harga-nya semakin kompetitif,” katanya dalam webinar scaling up solar in Indonesia, Kamis (9/9/2021).
Pemerintah telah menguraikan strategi untuk mencapai 23 persen energi terbarukan pada 2025, sebuah langkah ambisius dari 13 persen penetrasi energi terbarukan pada bauran energi primer Indonesia 2019.
Kajian Scaling Up Solar menemukan bahwa sektor listrik dapat memenuhi target tersebut dengan hanya memasang 18 GW PLTS sistem fotovoltaik pada 2025.
Peningkatan pesat pembangunan PLTS dinilai dipengaruhi oleh waktu pasang PLTS yang singkat dan penurunan biaya pemasangannya. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa biaya listrik PLTS saat ini berkisar US$65—137 per MWh dan diperkirakan turun menjadi US$27—US$48 per MWh pada 2030.
Prediksi ini didorong oleh biaya peralatan dan pengembangan yang lebih rendah yang diikuti pula dengan ketentuan pembiayaan yang lebih menarik.
“Akselerasi transformasi energi menjadi komitmen pemerintah untuk mendukung green economy, green technology, dan green product, sejalan dengan pelaksanaan Paris Agreement,” tuturnya.
Editor : Zufrizal
Source : bisnisindonesia.id