Blockchain dan AI untuk Rantai Nilai Produk Halal
Salah satu pengembangan teknologi yang sangat berkembang saat ini adalah teknologi blockchain. Secara sederhana, sistem blockchain dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pencatatan dan penyimpanan data antar pengguna yang terdistribusi. Data yang sudah dimasukkan ke dalam blok akan dicatat oleh banyak komputer dalam satu sistem yang selalu aktif selama 24 jam untuk menjaga data tersebut. Desentralisasi data ini membuat sistem blockchain bersifat transparent (transparan dan dapat diakses siapa pun), untrustable (data tidak dikuasai oleh satu pihak atau server tertentu), dan immutable (abadi dan tidak dapat diganti karena seluruh komputer dalam jaringan ikut menjaga keaslian data).
Masyarakat sering kali mengasosiasikan blockchain dengan mata uang kripto. Padahal sebenarnya pemanfaatan blockchain sangat luas, bukan hanya pada sektor keuangan melainkan juga sampai ke pengembangan industri termasuk industri halal misalnya untuk supply chain, sertifikasi, autentifikasi, maupun industri layanan kesehatan.
Saat ini, industri halal Indonesia masih menggunakan sistem pencatatan manual dengan program komputer sederhana sehingga inovasi teknologi AI dan blockchain dibutuhkan untuk membuat inovasi dan alat-alat cerdas untuk industri halal. Pemanfaatan teknologi blockchain yang dipadukan dengan AI (kecerdasan buatan) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketelusuran suatu produk halal. Ketelusuran produk dapat memperkuat posisi dan daya saing di pasar global.
Menurut Gubernur Bank Indonesia, Sugeng, dalam salah satu wawancaranya menyampaikan bahwa dengan diakuinya sertifikat halal Indonesia di berbagai negara dunia yang berlaku secara resiprokal, telah memberikan peluang peningkatan ekspor makanan halal Indonesia ke negara lain. Sebagai implikasinya, produk impor dari negara lain juga lebih mudah masuk ke Indonesia. Pemanfaatan teknologi digital dalam industri sangat diperlukan untuk bisa bersaing dan mendukung kemaslahatan yang merata dan berkesinambungan.
AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan simulasi kecerdasan manusia yang diterapkan di dalam mesin lalu diprogram supaya dapat berpikir seperti manusia yang dibuat untuk tujuan tertentu. AI dapat dikolaborasikan dengan teknologi blockchain dan dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan zat dalam produk tanpa merusak produk tersebut. Proses identifikasi zat bisa menjadi lebih efektif dan efisien karena sudah bisa dilakukan dengan menggunakan foto atau simbol tertentu. Jika ada kerusakan atau terjadi kontaminasi selama proses produksi dan distribusi, maka bisa ditindaklanjuti dengan cepat.
Teknologi blockchain dapat digunakan untuk menelusuri riwayat transaksi dan kehalalan produk. Semua riwayat transaksi dan kehalalan produk dapat dilihat riwayatnya oleh konsumen untuk meyakinkan konsumen bahwa produk tersebut benar-benar halal. Pencatatan aktifitas ke dalam blok akan dilakukan pada titik tertentu yang dinamakan titik kritis. Misalnya, dalam proses produksi makanan seperti ayam goreng maka penyembelihan ayam bisa dijadikan titik kritis. Semua proses yang terjadi pada penyembelihan ayam akan dimasukkan datanya ke dalam blok seperti nama, sertifikasi dan kredibilitas orang yang bertugas sebagai penyembelih ayam. Semua data yang telah direkam akan masuk ke dalam system blockchain dan dapat diakses oleh konsumen dalan bentuk barcode yang dapat di-scan.
Pemanfaatan blockchain tidak hanya digunakan untuk industri makanan halal melainkan juga pada beberapa sektor lainnya termasuk pariwisata halal. Penerapannya di sektor pariwisata halal dapat meningkatkan kenyamanan dan kepercayaan konsumen dengan berbagai fitur yang ditawarkan seperti pelacakan bagasi. Konsumen dapat melacak pergerakan bagasi menggunakan database yang terdesentralisasi. Layanan identifikasi juga menjadi lebih mudah dengan menggunakan sidik jari atau pemindaian retina mata sehingga konsumen tidak perlu antri lama untuk pendaftaran hotel atau jasa lainnya. Pembayaran dapat dilakukan lebih aman dan mungkin lebih nyaman dengan fitur pembayaran melalui mata uang kripto. Pelanggan juga dapat lebih mudah mengakses poin mereka dan dapat menggunakan poin tersebut untuk mendapatkan berbagai promo dari pihak produsen atau pengelola pariwisata.
Contoh negara yang telah berhasil memanfaatkan teknologi blockchain untuk rantai nilai halalnya adalah Uni Emirat Arab. Pemanfaatan teknologi tersebut memungkinkan proses verifikasi produk halal Uni Emirat Arab menjadi sangat cepat dan terandalkan dari sisi kualitas dan sumber asal produknya. Meskipun menjadi negara dengan minoritas muslim, Thailand juga tidak mau kalah saing dan mempunyai visi untuk menjadi dapur produk halal dunia. Negara Thailand menggunakan big data untuk mempercepat proses verifikasi produk halalnya.
Source : kumparan.com