A-Z Baterai Kendaraan Listrik yang Perlu Anda Ketahui
TEMPO.CO, Jakarta – Industri kendaraan listrik mulai berkembang di Indonesia. Produknya yang terlihat di jalan raya kini tak melulu kendaraan untuk angkutan umum, tapi juga untuk pemakaian pribadi. Satu komponen terpenting pada kendaraan listrik adalah, tentu saja, baterai. Dan, pemerintah telah mendeklarasikan produksi baterai kendaraan listrik pertama di Indonesia pada 2024 mendatang untuk semakin menumbuhkan industri EV yang kompetitif.
Berikut ini sekilas mulai dari cara kerja baterai untuk kendaraan listrik, keandalan, harga, hingga dampaknya untuk lingkungan yang juga sudah kerap dibincangkan. Termasuk apa yang harus dicari saat membeli mobil listrik atau jenis EV lainnya dan cara mengidentifikasi teknologi baterai mutakhir.
Seluruhnya dikutip dari Car Magazine. Selamat menikmati.
Jenis Baterai
Sebagian besar mobil listrik baru yang dijual saat ini menggunakan teknologi baterai yang pada dasarnya sama: ratusan sel dikemas ke dalam modul kantong untuk membuat satu baterai besar. Untuk yang berukuran sangat besar, dimensi panjang bisa mencapai beberapa meter dan berbobot beberapa ratus kilogram. Hal inilah yang menjadi alasan sebagian besar baterai ditempatkan di bawah lantai di dalam sasis mobil yang terkadang disebut konfigurasi skateboard.
“Sangat penting untuk membedakan. Elemen-elemen individu yang kecil adalah sel dan unit akhirnya adalah baterai,” kata mantan eksekutif di Tesla dan sekarang CEO Lucid, Peter Rawlinson. Sel-sel dibundel menjadi satu unit baterai, yang dikondisikan untuk mempertahankan suhu pengoperasian optimal terlepas dari iklim musim panas ataupun musim dingin di luar.
Ada dua jenis utama baterai mobil listrik yang umum digunakan saat ini, yaitu baterai ion litium yang digunakan oleh sebagian besar pembuat kendaraan listrik misalnya Tesla, Jaguar. Ada juga nikel-metal hidrida yang misalnya ada pada produksi di Toyota.
Sebagai sesama baterai, seperti halnya pada industri ponsel, bahan kimia yang digunakan tidak jauh berbeda. Sebagian besar ponsel modern menggunakan baterai ion litium untuk siklus pengisian cepat.
Bahan pembuat baterai memiliki persyaratan yang rumit, yaitu harus dapat menyimpan banyak energi, tetapi juga mengisi ulang dengan cepat. Tidak hanya itu, material harus dapat mempertahankan kepadatan energinya selama ribuan siklus pengisian daya, sambil dihantam oleh jalan, lubang.
Kapasitas baterai mobil listrik dan Penggunaannya
Untuk menyediakan energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan mobil seberat dua ton bahkan lebih, baterai EV umumnya berukuran cukup besar. Kapasitas energinya biasanya diukur dalam kilowatt-jam atau kWh, yang menunjukkan penyimpanan energi baterai selama waktu tertentu. Silakan menganggap ini sebagai ukuran tangki bahan bakar pada kendaraan bermesin pembakaran.
Kalau dihitung, baterai 100 kWh dalam Tesla Model S mampu menghasilkan energi maksimal 100 kilowatt selama satu jam penuh. Mengemudi sehari-hari pada umumnya akan menggunakan energi yang jauh lebih sedikit daripada itu. Jadi sebenarnya baterai akan bertahan selama beberapa jam sebelum perlu diisi ulang.
Ketahanan Baterai di Mobil Listrik
Sama seperti membeli ponsel, kalau penggunaannya cenderung normal, tidak perlu membeli perangkat dengan kapasitas baterai besar atau pengisian daya cepat hingga 100 – 200 W.
Demikian pula untuk memilih mobil listrik, pilihlah kapasitas baterai yang sesuai dengan kebutuhan. Jika sebagian besar perjalanan adalah untuk antar anak sekolah atau ke kantor yang masih dalam satu kota, kapasitas baterai yang lebih kecil tidaklah masalah.
Generasi baru mobil listrik kecil, seperti Honda E, hadir dengan kapasitas baterai yang relatif kecil. Honda memiliki baterai 35 kWh, cukup untuk jarak sekitar 130 mil. Ukuran tersebut seharusnya cukup jika Anda tinggal di kota. Tetapi, jika banyak bepergian yang lebih jauh, bisa dilirik contoh kendaraan seperti Jaguar yang melengkapi i-Pace-nya dengan baterai 85 kWh untuk jarak tempuh yang diklaim sejauh 292 mil atau 470 kilometer.
Umur, Keandalan, dan Garansi Baterai
Jika pada ponsel, makin lama umur perangkat berpengaruh kepada performa baterai. Hal ini terbayang pada calon pembeli mobil listrik. Berdasarkan semua bukti yang telah terjadi, baterai mobil tidak akan mengalami kematian baterai yang parah seperti yang mungkin terjadi pada ponsel Anda yang sudah tua.
Adanya begitu banyak sel dalam baterai EV sehingga kapasitasnya tetap terjaga bahkan setelah ratusan ribu mil. Memang dengan berjalannya waktu sel-sel pada baterai tidak akan berkekuatan penuh seperti ketika baru dibeli. Tapi, baterai dijanjikan akan tetap memegang kendali selama bertahun-tahun yang akan datang. Diperhitungkan, masa pakai baterai mobil listrik yang diharapkan setidaknya satu dekade.
Inilah sebabnya mengapa semua mobil listrik baru yang dijual hari ini hadir dengan garansi panjang, menjamin sekitar 70 persen kapasitas asli bahkan setelah tujuh atau delapan tahun digunakan. Ini contohnya:
BMW i3 – 8 tahun/100.000 mil (161 ribu kilometer)
Hyundai Kona Electric – 8 tahun/100.000 mil
Kia e-Niro – 7 tahun/100.000 mil
Jaguar i-Pace – 8 tahun/100.000 mil
Nissan Leaf – 8 tahun/100.000 mil
Harga Mobil Listrik
Jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional dengan bahan bakar bensin atau diesel, kendaraan listrik memang memiliki harga jual yang lebih mahal. Adanya baterai besar ini mengandung banyak logam yang sangat mahal dan langka di dalamnya, yang berarti mendongkrak harga. Untuk dicatat, litium yang ditambang dilakukan secara intensif itu tidak murah.
Untungnya, biaya baterai secara bertahap turun. Michael Steiner dari Penelitian dan Pengembangan (R&D) Porsche baru-baru ini membuat pernyataan sehubungan baterai: “Saya tidak melihat pada paruh pertama dekade ini peluang bagus untuk terobosan dalam teknologi baterai. Kami memperkirakan peningkatan 2-3 persen dari tahun ke tahun dalam teknologi baterai ion litium.”
Siapa Pemilik Baterai di Mobil Listrik?
Mungkin terasa aneh ada baterai yang berbeda kepemilikan dari mobilnya. Namun, begitulah yang terjadi pada masa awal keberadaan mobil listrik. Ada beberapa pabrikan akan menjual mobil tersebut kepada pembeli tetapi menyewakan baterainya secara terpisah.
Renault adalah salah satu merek yang melakukan ini, tetapi sistem ini hampir secara universal berhenti sekarang. Itu adalah cara untuk membuat EV terlihat lebih murah saat pembelian – tetapi pembeli akan terikat pada kesepakatan sewa bulanan, membayar keuangan untuk baterai dalam kesepakatan berlangganan .
Bahaya dan Dampak Lingkungan
Baterai mobil listrik diuji secara ketat dan pabrikan menerapkan banyak sistem keselamatan untuk memastikannya aman. Memang tegangan sangat tinggi pada baterai, tetapi mobil telah dirancang agar penumpang tidak akan pernah terkena guncangan berbahaya.
Selain itu, baterai biasanya dilindungi dari benturan dengan dikemas pada posisi rendah di tengah mobil untuk mencegahnya rusak saat terjadi tabrakan.
Pastinya, mobil listrik harus dirawat dengan hati-hati jika terjadi kebakaran. Sebenarnya mobil konvensional pun mungkin terjadi kebakaran jika salah penanganan. Misalnya di Jakarta, kerap terlihat ada mobil hingga bus yang terbakar di tengah jalan.
Mengenai dampak lingkungan, ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa meski mobil listrik lebih mahal untuk diproduksi, sebenarnya dia lebih baik bagi lingkungan sepanjang siklus hidupnya. Dan ketika sebuah mobil listrik purnatugas, baterai yang berharga itu dapat dilepas dan digunakan untuk menyimpan energi misalnya tenaga surya atau pasokan listrik di luar jam sibuk untuk memberi daya pada rumah Anda dengan lebih efisien.
Sistem pasokan energi pintar adalah hal besar berikutnya, menurut banyak pengamat industri.
Teknologi Baterai Padat
Teknologi solid state dapat mewakili lompatan besar berikutnya untuk mobil listrik, dan akan mampu memberikan jangkauan yang jauh lebih luas dalam paket yang lebih ringkas. Sederhananya, baterai solid-state menggunakan elektrolit padat sebagai lawan dari cairan atau gel polimer yang ditemukan di baterai lithium-ion saat ini.
Ini berarti tapak yang lebih kecil dengan persyaratan pendinginan yang lebih sedikit, dan secara keseluruhan lebih sedikit ruang yang dibutuhkan untuk mengemas powertrain daripada teknologi baterai konvensional. Ada alasan mengapa sebagian besar konsep mobil listrik mendukung jangkauan mereka dengan teknologi solid state.
Pengembangan Baterai Litium
Meskipun lithium-ion pada dasarnya lebih rendah sebagai teknologi jika dibandingkan dengan keadaan padat, tapi tetap masih berkembang. Perusahaan seperti StoreDot memiliki pengalaman R&D bertahun-tahun dengan teknologi lithium-ion, dan mereka masih mencari cara untuk mengembangkannya lebih jauh.
StoreDot, misalnya, baru-baru ini mengungkapkan teknologi pengisian cepat baru yang memungkinkan kecepatan 100 mil untuk setiap 5 menit pengisian daya pada 2024 nanti. “Produksi massal dijadwalkan pada tahun yang sama, dan dengan investor termasuk Daimler, BP, Volvo, dan Polestar itu hanya bisa menyimpan lithium-ion di mobil listrik kami selama bertahun-tahun yang akan datang,” demikian keterangan dari perusahaan tersebut.
Source : tekno.tempo.co