Mengenal Web 3.0 dan Pengaruhnya dalam Industri Kripto
Web 3.0, yang juga dikenal dengan Web3 atau Web 3, adalah salah satu terobosan dalam dunia internet. Kehadiran Web 3.0 tidak hanya secara akurat mampu menafsirkan apa yang kamu masukkan di mesin pencarian, tapi juga benar-benar memahami semua yang kamu sampaikan, baik itu melalui teks, suara, atau media lain.
Yang menarik, Web 3 akan dibangun di atas teknologi blockchain dan cryptocurrency. Dilansir dari CoinDesk, berdasarkan data yang dilacak oleh Messari dan diterbitkan oleh Chief Investment Officer Arca, Jeff Dorman, menunjukkan bahwa sub-sektor crypto asset dari “token Web 3.0” meningkat sebanyak 22 persen hingga 1 Agustus 2021. Kenaikan tersebut mengalahkan Bitcoin dan setiap sub-sektor lainnya, termasuk non-fungible token (NFT).
Lantas, apa itu Web 3.0? Apa bedanya Web 1.0, Web 2.0 dan Web 3.0 serta apa pengaruhnya teknologi ini pada dunia crypto dan blockchain? Yuk, cari tahu jawabannya dengan membaca artikel ini.
Mengenal Apa Itu Web 3.0
Untuk dapat lebih memahami apa itu Web 3.0 dan implikasinya pada dunia crypto, ada baiknya untuk melihatnya dengan menggunakan konteks lintasan evolusi internet serta keterbatasan model internet saat ini.
Web 1.0
Iterasi pertama internet sebagian besar diisi dengan halaman web HTML statis yang menampilkan data non-interaktif yang bersumber dari pusat. Dampaknya, sebagian besar pengguna web adalah konsumen sederhana dari konten web, dan komunikasi digital sebagian besar terbatas pada email dan pesan yang bersifat satu arah.
Terlepas dari keterbatasan yang dimiliki oleh era internet awal. Setelah diluncurkan pada sekitar tahun 1990, Web 1.0 dengan cepat mampu merevolusi cara orang untuk dapat terhubung dan bertukar informasi. Serta memperkenalkan dunia digital baru yang membuat umat manusia terpikat dengan dunia maya sejak lahirnya internet.
Web 2.0
Pada tahun 2000-an, dunia internet secara bertahap mulai berkembang menjadi lanskap digital yang lebih interaktif seperti yang sering kita kunjungi saat ini.
Tahap pengembangan internet pada Web 2.0 mampu memfasilitasi pengalaman online yang lebih menarik. Mulai dari media sosial dan memunculkan model bisnis baru yang dimungkinkan oleh efek jaringan, konten crowdsourced, dan aliran data dengan berbagai sumber.
Singkatnya, Web 1.0 memungkinkan data untuk disajikan dan dikonsumsi secara lebih efektif oleh pengguna. Sementara Web 2.0 seakan membanjiri pengguna internet dengan cara yang lebih dipersonalisasi. Seperti melalui interaksi pengguna multi-channel dan algoritma yang lebih dinamis dan responsif.
Namun sayangnya, meskipun Web 2.0 memiliki perkembangan yang sangat pesat, bahkan memiliki tingkat adopsi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan versi internet sebelumnya. Masih terdapat kekurangan yang dimiliki oleh Web 2.0 yang perlu untuk diatasi.
Web 3.0
Web 3.0 adalah sebuah konsep menyeluruh yang mengacu pada fase berikutnya dari evolusi internet.
Gagasan baru ini sengaja dirancang untuk mengatasi masalah umum yang berpotensi menjadi masalah yang melekat pada internet saat ini. Selain itu, Web 3 juga hadir untuk membangun ekosistem online di mana interaksi yang berpusat pada manusia dan sangat personal.
Web3 sengaja dirancang untuk mengatasi masalah yang lazim dan melekat pada ekosistem internet saat ini. Namun, tidak ada otoritas terpusat yang mengawasi perkembangan internet baru dan terbuka ini.
Sebaliknya, internet Web 3 tengah dibuat melalui upaya berbagai macam bisnis swasta, non-profit organization, dan individu yang diselaraskan secara bebas.
Entitas yang berbeda ini mendekati pengembangan internet versi tiga ini dalam berbagai cara. Dengan organisasi seperti Web3 Foundation terutama berfokus pada penetapan pedoman untuk keseluruhan sistem Web 3.0.
Sementara bisnis seperti ConsenSys Labs membantu wirausahawan membangun decentralized applications (dApps) yang mungkin akhirnya mengisi lanskap digital internet versi baru ini.
Karakteristik Web 3.0
Web 3.0 adalah sebuah dobrakan untuk membuka jaringan dengan karakteristik yang bersifat terbuka, trustless dan permissionless. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai karakteristik Web 3:
- Terbuka
Karena jaringan ini dibangun dari perangkat lunak bersifat open-source. Jaringan ini pun dibuat oleh komunitas developer yang terbuka dan dapat diakses serta dijalankan dalam tampilan penuh. - Trustless
Jaringan ini bersifat trustless karena jaringan itu sendiri memungkinkan peserta untuk berinteraksi secara publik atau pribadi tanpa melibatkan pihak ketiga yang tepercaya. - Permissionless
Di mana pun dan siapa pun, baik pengguna maupun pemasok, dapat berpartisipasi tanpa izin dari lembaga pengatur.
Sementara Web 2.0, atau internet yang saat ini kita gunakan didorong oleh munculnya telepon seluler, media sosial, dan cloud, Web 3.0 sebagian besar dibangun di atas tiga lapisan baru inovasi teknologi, yaitu:
- Edge computing
- Jaringan data yang terdesentralisasi
- Artificial intelligence (AI)
Pengaruh Web 3.0 pada Cryptocurrency dan Blockchain
Dengan adanya desentralisasi, kehadiran Web 3.0 terhadap cryptocurrency ternyata membawa dampak yang cukup besar.
Mengingat desentralisasi akan menjadi salah satu bagian utama dari konsep internet baru ini, dapat disimpulkan bahwa cryptocurrency dan blockchain juga akan memainkan peran penting yang juga sama besarnya.
Gelombang Web 3.0 yang akan datang diprediksi akan jauh melampaui use case awal cryptocurrency. Melalui kekayaan peluang interaksi dan cakupan rekanan yang tersedia secara global, jaringan ini secara kriptografis dapat menghubungkan data dari berbagai skala. Mulai dari individu, perusahaan, dan mesin dengan algoritma machine learning yang lebih efisien. Inilah yang membuat Web 3.0 beda dengan Web 1.0, Web 2.0.
Adam Soffer, product lead dari platform distribusi video terdesentralisasi Livepeer (LPT), melalui Cryptonews.com mengatakan bahwa cryptocurrency dan blockchain adalah inti dari Web 3.0.
“Merekalah yang memungkinkan developer untuk menyematkan aturan ekonomi dan insentif dalam perangkat lunak open-source dan membuat jaringan token terkoordinasi. Seperti memberi insentif kepada individu untuk berpartisipasi dalam protokol Web 3. Dengan memberdayakan developer dan masyarakat untuk mengatasi masalah yang memerlukan koordinasi skala besar,” ujarnya kepada Cryptonews.com.
Web3 memungkinkan masa depan di mana pengguna dan mesin dapat berinteraksi dengan data, nilai, dan rekanan lainnya melalui substrat jaringan bersifat peer-to-peer. Dengan begitu, interaksi tidak lagi memerlukan pihak ketiga.
Kenapa Web 3.0 Penting?
Web 3.0 akan memberi kamu kepemilikan atas aset digital, dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya.
Semisalnya, kamu sedang memainkan gim Web 2. Lalu kamu membeli item dalam gim, di mana item tersebut akan secara otomatis masuk ke dalam akun kamu. Namun secara tiba-tiba, pembuat gim menghapus akun kamu. Akibatnya, seluruh item dalam gim yang sebelumnya sudah kamu kumpulkan menghilang.
Dengan Web3, persoalan seperti di atas tidak akan kamu temui. Mengapa? Karena Web 3 memungkinkan kepemilikan langsung melalui non-fungible token (NFT).
Jadi tidak seorang pun, bahkan pembuat gim, memiliki kekuatan untuk mengambil kepemilikan atas aset yang kamu miliki. Dan, jika kamu berhenti bermain, kamu dapat menjual atau memperdagangkan item tersebut di open source market.
Top Web 3.0 Tokens Berdasarkan Market Capitalization
Mengutip data dari situs CoinMarketCap, di bawah ini adalah daftar top token dan coin Web3 crypto berdasarkan market capitalization atau kapitalisasi pasar per tanggal 8 November 2022.
Polkadot (DOT)
Polkadot (DOT) adalah jaringan multichain sharded open source, yang dapat menghubungkan dan mangamankan jaringan blockchain khusus, serta memfasilitasi transfer data atau jenis aset apa pun secara cross-chain. Sehingga, ini memungkinkan antar blockchain yang satu dengan lainnya untuk saling beroperasi satu sama lain.
Jaringannya juga memiliki sistem tata kelola berbasis pengguna yang sangat canggih, di mana semua pemegang token memiliki hak untuk mengajukan voting tentang bagaimana jaringan akan dijalankan.
DOT, native token milik Polkadot memiliki fungsi untuk staking dan governance dalam jaringan.
Chainlink (LINK)
Melalui jaringan oracle terdesentralisasi, Chainlink memungkinkan blockchain untuk berinteraksi secara aman dengan data eksternal, acara, dan metode pembayaran, dalam memberikan informasi off-chain penting yang dibutuhkan oleh smart contract.
Sebagai contoh token crypto berbasis Web3, Chainlink adalah salah satu jaringan pertama yang memungkinkan integrasi data off-chain ke dalam smart contract.
Karena integrasi data off-chain miliknya, Chainlink telah berhasil menarik perhatian banyak penyedia data tepercaya, termasuk Brave New Coin, Alpha Vantage, dan Huobi.
Filecoin (FIL)
Aset lainnya yang termasuk ke dalam contoh token crypto Web3 adalah Filecoin (FIL). Filecoin sendiri adalah sistem penyimpanan terdesentralisasi yang memiliki tujuan untuk dapat menyimpan seluruh informasi penting milik siapa pun di seluruh dunia.
Tidak seperti perusahaan penyimpanan seperti Amazon Web Services atau Cloudflare, yang rentan terhadap masalah sentralisasi. Filecoin memanfaatkan sifatnya yang terdesentralisasi untuk melindungi integritas lokasi data, sehingga membuatnya mudah untuk diambil dan sulit untuk disensor.
Sistem penyimpanan terdesentralisasi seperti Filecoin memungkinkan orang untuk menjadi penjaga data mereka sendiri, serta membuat web menjadi lebih ramah pengguna.
Token FIL digunakan sebagai pembayaran untuk layanan dalam platform dan sebagai insentif ekonomi untuk memastikan file disimpan dengan andal dari waktu ke waktu.
Internet Computer (ICP)
Internet Computer adalah satu-satunya blockchain dengan smart contarct yang dapat membangun hampir semua sistem atau layanan online, termasuk web sosial media, tanpa memerlukan IT tradisional seperti layanan cloud computing.
Secara garis besar, Internet Computer adalah “Komputer Dunia” yang meyediakan teknologi lengkap di mana setiap sistem online atau layanan Web3 dapat dibangun dalam bentuk yang sepenuhnya terdesentralisasi dan 100 persen on-chain.
Internet Computer memiliki token utilitas bernama ICP. Adapun fungsi token tersebut adalah sebagai sumber “siklus” yang dibakar ke komputasi daya (sehingga ketika ICP dikonversi ke siklus, token tersebut akan menghilang, menciptakan tekanan deflasi). Selain itu, ICP juga dapat di-staking di DAO dan berperan sebagai penyimpan nilai.
Theta Network (THETA)
Theta (THETA) adalah jaringan berbasis blockchain yang dibuat khusus untuk streaming video. Sama seperti platform cryptocurrency pada umumnya, Dengan konsep bisnis utamanya, untuk mendesentralisasikan streaming video, pengiriman data, dan komputasi edge, Theta menjadi jauh lebih efisien, hemat biaya, dan adil bagi banyak pelaku industri.
Jaringan berjalan pada blockchain asli dengan dua native token , yang dikenal sebagai Theta (THETA) dan Theta Fuel (TFUEL).
BitTorrent (BTT)
BitTorrent (BTT) adalah platform torrent dan tempat berbagai file peer-to-peer (P2P) populer. Didirikan pada Juli 2001, BitTorrent kemudian dibeli oleh platform blockchain ternama TRON pada Juli tahun 2018.
Sejak saat itu, BitTorrent telah menambahkan berbagai fitur baru beserta dengan native cryptocurrency miliknya, BTT, yang dirilis pada Februari 2019. Yang menariknya, BTT diluncurkan di blockchain milik TRON menggunakan standar token TRC-10.
Dilansir dari CoinMarketCap, berdasarkan literatur resminya, BitTorrent adalah salah satu protokol komunikasi P2P tersentralisasi terbesar di dunia.
The Graph (GRT)
The Graph (GRT) adalah contoh token crypto berbasis Web3 yang mendukung The Graph, yakni protokol terdesentralisasi untuk mengindeks berbagai data dari blockchain.
Sama seperti Google mengindeks web, The Graph mengindeks data blockchain dari jaringan seperti Ethereum dan Filecoin. Data ini kemudian dikelompokkan ke dalam API terbuka yang disebut subgraf.
Hingga saat ini, lebih dari 3 ribu subgraf telah digunakan oleh ribuan pengembang, untuk DApps seperti Uniswap, Synthetix, Aragon, AAVE, Gnosis, Balancer, Livepeer, DAOstack, Decentraland, dan masih banyak lagi.
Penggunaan Thee Graph telah tumbuh lebih dari 50 persen MoM dan mencapai lebih dari 7 miliar kueri selama bulan September 2020.
Helium (HNT)
Contoh token crypto lainnya yang berbasis Web3 lainnya adalah Helium (HNT). Helium (HNT) adalah jaringan bertenaga blockchain yang terdesentralisasi, untuk perangkat Internet of Things (IoT). Jarungan ini hadir dengan tujuan untuk kemampuan komunikasi perangkat Internet of Things (IoT) nirkabel.
Tiga pendiri Helium adalah Amir Haleem, Shawn Fanning, dan Sean Carey yang kemudian memulai perusahaan pada 2013. Berbeda dengan kebanyakan proyek cryptocurrency lainnya, Helium mengamankan jaringannya menggunakan mekanisme konsensus yang disebut dengan proof-of-coverage (PoC).
Source : zipmex.com