Pengembangan Rantai Pasok Komoditas untuk Mengantisipasi Ancaman Resesi
Oleh: Setijadi, S.T., M.T., IPM.
Chairman | Supply Chain Indonesia
Ancaman resesi dan perlambatan ekonomi global pada tahun 2023 bukan merupakan tantangan yang mudah. Ketegangan geopolitik yang terjadi berimbas pada disrupsi rantai pasok global yang selanjutnya akan berimbas pada perekonomian domestik.
Perlambatan ekonomi dan ancaman resesi global mulai berimbas ke Indonesia. Salah satu indikasinya berupa penurunan ekspor pada triwulan IV tahun 2022 karena penurunan permintaan dari sejumlah negara yang mengalami resesi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), setelah mengalami nilai tertinggi pada Agustus 2022 sebesar USD 27,86 miliar, nilai ekspor Indonesia berturut-turut turun pada empat bulan berikutnya hingga pada Desember sebesar USD 23,83 miliar. Nilai ekspor Indonesia Desember 2022 ini turun 1,10 persen dibanding ekspor November 2022. Dibanding Desember 2021, nilai ekspor naik sebesar 6,58 persen.
Sementara, pada tahun 2022 itu, setelah mengalami nilai tertinggi pada Agustus sebesar USD 22,15 miliar, nilai ekspor Indonesia berturut-turut turun pada tiga bulan berikutnya hingga pada November sebesar USD 18,96 miliar. Nilai ekspor kembali naik dan nilai ekspor pada Desember sebesar USD 19,94 miliar. Namun secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Desember 2022 mencapai US$291,98 miliar atau naik 26,07 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara itu, ekspor nonmigas mencapai US$275,96 miliar atau naik 25,80 persen.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 ada di angka 5,2% jauh meningkat drastis dibandingkan tahun 2021 yang hanya 3,69%. Namun sejalan belum adanya tanda akan berakhirnya perang Rusia-Ukraina, sehingga kenaikan harga barang-barang yang masih akan terjadi tahun ini akibat rantai pasok yang terganggu. Adanya inflasi global dan ancaman resesi di Indonesia meski probabilitasnya hanya sekitar 3% pada tahun 2023 namun akan tetap menurunkan daya beli masyarakat dan menekan perekonomian nasional harus diantisipasi dengan pengembangan rantai pasok barang dan komoditas nasional.
Inflasi yang akan terus meningkat kemudian, direspons oleh suku bunga. Ini tentunya akan membawa dampak pada ekonomi yang melemah karena tingkat bunga yang tinggi, data yang dirilis oleh IMF pada bulan Oktober 2022 memproyeksi bahwa perekonomian dunia pada 2023 turun menjadi 2,7% dibandingkan dengan proyeksi awal yang seharusnya 2,9%.
Maka pengembangan dan penguatan rantai pasok itu harus dilakukan secara sinergis, baik antar kementerian/lembaga, maupun antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menghadapi ancaman tersebut. Pemetaan rantai pasok suatu komoditas harus secara end-to-end dilengkapi dengan perancangan sistem logistik yang sesuai.
Kolaborasi dan sinergi juga diperlukan antara penyedia dan pengguna jasa logistik seperti perusahaan manufaktur dan retailer, serta operator infrastruktur logistik seperti pelabuhaan dan bandara, untuk menjamin kelancaran proses distribusi barang dan komoditas. agar sistem integrasi logistik ini bisa berjalan dengan optimal, berikut adalah beberapa aspek yang perlu diperhatikan diantaranya seperti waktu pengiriman, mengikuti kemajuan mode transaksi, serta upaya dalam meningkatkan efisiensi manajemen rantai pasok.
Sistem Logistik Ikan
Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merupakan contoh pengembangan rantai pasok komoditas. SLIN sendiri merupakan sistem manajemen rantai pasokan hasil perikanan, serta informasi mulai dari pengadaan, penyimpanan, transportasi sampai dengan distribusi, sebagai suatu kesatuan dari kebijakan.
SLIN ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No. 58 Tahun 2021 dan diperbarui Permen KP No. 5 Tahun 2014. Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan bahan baku industri pengolahan ikan dalam negeri dan juga dapat memenuhi konsumsi ikan dalam negeri.
Supply Chain Indonesia (SCI) mengapresiasi KKP yang mengembangkan SLIN sebagai turunan dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas) yang ditetapkan dengan Perpres 26/2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional. Hingga saat ini, KKP merupakan satu-satunya kementerian yang menurunkan Sislognas menjadi sistem logistik berbasis komoditas yang ditetapkan dengan peraturan menteri.
KKP mengembangkan dan mengimplementasikan SLIN untuk membangun sistem manajemen rantai pasokan ikan dan produk perikanan yang terintegrasi, efektif dan efisien. Hal ini untuk meningkatkan kapasitas dan stabilisasi sistem produksi perikanan hulu-hilir, pengendalian disparitas harga, serta untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Untuk melakukan aktivitas logistik, diperlukan infrastruktur yang terdiri dari simpul logistik dan mata rantai logistik yang berfungsi menggerakan barang dari titik asal ke titik tujuan. Simpul logistik dapat berupa pelaku logistik meliputi jaringan distribusi, jaringan transportasi, jaringan informasi, dan jaringan keuangan.
Oleh karena itu sama hal nya seperti KKP yang mengembangkan SLIN, SCI mendorong kementerian-kementerian lain untuk mengembangkan rantai pasok dan sistem logistik komoditas sesuai dengan ruang lingkupnya masing-masing, terutama Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan.
Pengembangkan rantai pasok dan sistem logistik komoditas menjadi salah satu kunci utama yang diperlukan untuk membangun rasa aman bagi masyarakat, khususnya pelaku ekonomi, agar bisa beraktivitas seperti biasa dalam menghadapi ancaman global yang akan terjadi.
Pengembangan ini akan mendorong produktivitas dan daya saing produk dan komoditas, baik secara nasional maupun global, serta mengurangi ketergantungan terhadap rantai pasok global yang mempunyai ketidakpastian yang semakin tinggi sebagai dampak resesi. Selain itu keuntungan pengurangan ketergantungan terhadap rantai pasok global diharapkan akan membantu pelaku rantai pasok di dalam negeri untuk lebih sejahtera dan berkembang. Oleh karenanya dibutuhkan sinergi antara pemerintah, seluruh para pemangku kepentingan dalam setiap aktivitas logistik.
Source : supplychainindonesia.com