SEBANGSA, APLIKASI LOKAL UNTUK RAGAM BANGSA INDONESIA
Jakarta, CNN
Indonesia – Pemerintah bersama Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi
Seluruh Indonesia (ATSI) mendukung penuh kehadiran layanan yang
berbasis koneksi Internet atau over the top (OTT) lokal agar bisa
mengimbangi invasi OTT internasional seperti Facebook, Twitter,
hingga WhatsApp.
Salah satu
OTT lokal yang didukung oleh pemerintah dan ATSI ini adalah Sebangsa.
Aplikasi hasil buah tangan anak muda Indonesia ini berkonsep media
sosial agar bisa merangkul banyak pengguna.
Sebangsa
yang memiliki logo bergambar alat musik angklung ini dibentuk oleh
Enda Nasution dan Indira B. Widjonarko pada 2014 lalu.
Tampilan
Sebangsa mirip dengan Facebook dan Twitter, yaitu ada timeline atau
linimasa dengan berbagai konten multimedia. Serta, fitur grup yang
mampu menampung anggota tanpa batasan jumlah. Bahkan, Sebangsa
menyediakan konten khusus bagi kelompok BMI alias Buruh Migran
Indonesia.
“Fitur
grup kami menjadi andalan yang isinya konten khusus, stiker khusus,
hingga bahasa gaul yang biasa dipakai sehari-hari. Contohnya, grup
khusus BMI. Para TKI kita yang berada di luar itu juga butuh hiburan
sesuai selera mereka. Facebook tidak mungkin mengurusi layanan
seperti ini,” ucap Enda saat dijumpai beberapa waktu lalu.
Dijelaskan
Enda, saat ini komunitas TKI yang tergabung di dalam Sebangsa banyak
yang berasal dari Hong Kong dan Korea Selatan. Ada banyak komunitas
lain yang sudah memanfaatkan fitur grup, di antaranya kelompok
pencinta penyanyi Michael Jackson hingga komunitas Pramuka.
Selain
linimasa, aplikasi Sebangsa menawarkan layanan “Japri”
untuk melakukan obrolan secara langsung dengan teman, lalu fitur
“911” yang berfungsi melaporkan atau mempublikasikan
kondisi darurat kepada kepolisian atau pemadam kebakaran terdekat.
Kemudian
fitur “Pesan Panik” dan “Kirim Jaga-jaga” yang
masing-masing berguna untuk mengirim pesan darurat kepada lima orang
terdekat dan memonitor orang-orang tertentu menggunakan aktivasi GPS.
Tak lupa fitur “1800” sebagai sarana suara konsumen alias
layanan pengaduan kepada perusahaan.
Tim Sebangsa
turut memberikan konten sendiri mengenai ragam topik mulai dari
agama, kebudayaan, musik, dan lain-lain.
“Untuk
BMI, kami sediakan hal-hal yang berbau Indonesia, seperti cerita
hantu, campur sari, keroncong, dangdutan, hingga ramalan yang
lucu-lucu,” tambah Indira.
Tidak Mau
Menyaingi Facebook cs
OTT nasional
memang seringkali digadang-gadang sebagai bentuk ‘perlawanan’
terhadap layanan asing yang selama ini merajai pasar Indonesia. Sebut
saja Facebook, Google, Twitter, Path, WhatsApp, hingga Line.
Diakui Enda,
Sebangsa lahir di tengah masyarakat bukan untuk menyaingi para pemain
asing yang sudah besar lebih dulu.
“Strategi
kami bukan langsung untuk head-on dengan media sosial dan layanan
besar yang sudah ada. Kami hadir juga bukan untuk membuat para
netizen jadi meninggalkan Twitter atau Facebook. Sangat tidak apa-apa
kalau mereka masih mau main yang lain, karena fitur yang kami
tawarkan berbeda dari mereka,” ucap Enda.
Dua pendiri
Sebangsa, Enda Nasution dan Indira B. Widjonarko. (CNN Indonesia/Hani
Nur Fajrina) Senada dengan Enda, Indira juga menambahkan, meski
tampilannya seperti Facebook dan Twitter – ada linimasa yang
dilengkapi dengan fitur like dan dislike – tetapi timnya yakin bisa
memberi fungsi yang jauh berbeda dari media sosial lain.
Enda memberi
contoh di dalam fitur grup, cara membuatnya diakuinya mirip dengan
WhatsApp atau Facebook. Tinggal tentukan apa topik atau temanya –
edukasi, lingkungan, dan lainnya – lalu tulis deskripsi singkat
tentang grup itu, dan undang teman untuk bergabung.
“Kalau
sudah bikin grup ini, kami sudah menamakannya komunitas. Tidak ada
batasan jumlah member, kalau WhatsApp ‘kan 256 user. Dan bedanya
lagi, kalau kalian chat di WhatsApp itu sifatnya lebih personal dan
intens, sedangkan di Sebangsa kalian bisa share apapun itu dengan
audiens yang lebih banyak. Jadi kalau mau kasih pengumuman penting,
tidak perlu lagi cari kontak satu per satu, tinggal di dalam grup itu
saja,” jelas Enda.
Indira
mengatakan, tim Sebangsa memilih konsep linimasa yang seperti
Facebook ketimbang chat room pada umumnya yang ada di dalam WhatsApp
adalah agar lebih mudah digunakan dan tidak ada konten yang terlewat.
Ingin
Satukan Berbagai ‘Bangsa’
Satu hal
yang menjadi tujuan besar bagi Enda dari Sebangsa adalah, adanya
penyatuan berbagai ‘bangsa’. Bangsa yang dimaksud adalah jenis
komunitas atau perkumpulan yang tersebar di Indonesia.
“Tidak
dipungkiri jika Sebangsa bisa menjadi wadah berkumpulnya bangsa
nelayan, petani, sampai Nahdlatul Ulama (NU) yang jumlahnya mencapai
jutaan member. Biar mereka semuanya bersatu di dalam satu platform
supaya memudahkan berbagi dan menyampaikan pesan berantai,”
tutur Enda.
Ia berharap,
Sebangsa bisa menjadi cara baru untuk menjangkau berbagai macam
‘bangsa’ di Tanah Air, tentunya dengan konten yang jauh lebih canggih
dari mulai foto, video, hingga pesan suara.
“Belum
pernah ada platform seperti ini di dunia. Sebangsa hadir untuk
menyatukan bangsa,” ucap Enda sambil tersenyum.
Diakuinya,
perusahaan yang berisi sekitar 50 karyawan asli Tanah Air ini belum
berpikiran untuk ekspansi layanan ke luar negeri, namun akan selalu
terbuka bagi TKI yang tinggal di luar negeri maupun diaspora
Indonesia di berbagai negara.
(adt/eno)
SUMBER: CNN