“Smart Warehouses” Solusi Ketidakpastian Rantai Pasokan
Pajak.com, Jakarta – Krisis kesehatan dan geopolitik yang terjadi di ranah global belakangan ini telah menimbulkan ketidakpastian rantai pasokan. Hal itu berdampak pada kelangkaan berbagai bahan baku, mulai dari bahan makanan hingga semikonduktor. Untuk mengatasi berbagai kendala itu, inovasi smart warehouses atau gudang pintar diharapkan menjadi solusi ketidakpastian rantai pasokan.
Gudang pintar atau smart warehouses adalah ekosistem teknologi yang mendukung proses penerimaan, pengidentifikasian, penyortiran dan pengaturan barang secara otomatis. Sistem ini memastikan proses otomasi pada keseluruhan operasi pergudangan.
Untuk mengatasi tantangan rantai pasokan, banyak operator logistik dan pergudangan di Asia-Pasifik menilai proses otomasi sebagai solusi untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan dalam operasional.
Vice President Asia Pacific Sales & Services Stratus Technologies Edward Chow mengatakan, Autonomous Guided Vehicles (AGVs) saat ini telah diterapkan di gudang besar dan pusat pengiriman. Dengan teknologi itu, AGVs dapat digunakan untuk membawa barang dari satu bagian fasilitas ke bagian lain, tanpa campur tangan manusia.
Menurut Edward, teknologi ini tidak hanya menurunkan kemungkinan human errors, tapi juga meningkatkan keselamatan kerja dengan membantu operator dalam mengangkat barang-barang berat. Selain AGVs, Autonomous Mobile Robots (AMR), juga semakin dikenal oleh para pebisnis.
“AMR memanfaatkan sensor untuk memahami sekitar mereka dan algoritma perangkat lunak untuk melihat pergerakan di sekitar fasilitas. Mesin ini dapat meningkatkan efisiensi karena dapat mengambil dan menyortir barang-barang di rak,” kata Edward dalam keterangan tertulis Sabtu (1/10/22).
Meskipun digitalisasi juga membawa tantangan untuk memastikan minimnya margin kesalahan dari sistem komputasi industri. Dalam pusat logistik maupun gudang, mesin-mesin otonom ini harus dapat bekerja selama 24 jam dalam seminggu. Jika mesin-mesin ini rusak atau terjadi eror maka akan berdampak pada tertundanya pengiriman dan disrupsi rantai pasar.
“Kebutuhan akan otomasi industri dan sistem kontrol yang dapat melakukan pekerjaan kritis dengan downtime yang rendah semakin dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan logistik yang semakin kompetitif,” kata Edward.
Edward mengatakan, sistem manajemen armada sering kali diperlukan untuk memastikan robot bergerak secara optimal dan aman di dalam gudang. Pada saat yang sama, robot yang tepat harus ditugaskan pekerjaan yang tepat. Sistem seperti itu tidak bisa gagal. Jika tidak, perusahaan logistik tidak akan memenuhi komitmen pengiriman mereka kepada pelanggan.
Selain dibutuhkannya toleransi kesalahan (fault tolerance) dan availability yang tinggi, sistem-sistem ini juga harus cukup kokoh untuk lokasi industri tempat mereka ditempatkan. Sama pentingnya, mereka harus mudah diatur dan dioperasikan dari waktu ke waktu tanpa banyak keahlian Teknologi Informasi (TI) yang mahal.
Menuurut Edward, krisis tenaga kerja yang dialami oleh berbagai industri saat ini membuat perusahaan menghindari belanja peralatan yang membutuhkan tenaga kerja baru dan membutuhkan biaya besar untuk maintenance. Hal ini juga berlaku dengan bagaimana sistem tersebut terintegrasi dengan perangkat lunak kontrol yang telah mereka miliki.
Edward mengatakan, otomasi pada pusat-pusat logistik di Asia-Pasifik akan membawa lebih banyak efisiensi pada perusahaan-perusahaan logistik, memungkinkan mereka untuk meningkatkan keunggulan mereka dengan memenuhi pesanan lebih cepat dan lebih baik. Pada akhirnya, layanan pelanggan akan menjadi kunci pembeda utama yang akan ditingkatkan.
Edward juga melihat pergeseran menuju otomasi dengan adanya AGVs dan AMRs di Gudang akan membutuhkan sistem kontrol industri yang kuat untuk menandingi operasi 24/7 yang selalu aktif di fasilitas ini. Dengan memanasnya persaingan di kawasan Asia Pasifik, perusahaan logistik perlu mengatasi tantangan keandalan sistem mereka.
Misalnya, mencegah kesalahan umum, dari kerusakan memori hingga kesalahan perangkat lunak. Sistem juga harus mudah digunakan, terlindung dari ancaman dunia maya atau downtime, dan cukup otonom untuk selalu bekerja tanpa pemantauan, pemeliharaan, perbaikan, atau dukungan yang konstan.
Dengan kata lain, sistem cerdas yang mengendalikan bagian yang semakin otomatis dari rantai pasokan logistik dan gudang harus siap untuk masa depan digital atau mungkin menambah situasi yang sudah mengganggu saat ini.
Source : pajak.id