Kenali 6 Jenis dan Karakteristik Baterai Mobil Listrik Menurut Nissan
TEMPO.CO, Jakarta – Baterai mobil listrik menjadi salah satu komponen terpenting dalam tatanan sistem elektrifikasi.
Jenis baterai mobil listrik yang digunakan menyesuaikan dengan sistem mobil.
Mengutip laman Nissan hari ini, Jumat, 26 November 2021, terdapat berbagai jenis baterai mobil listrik dengan karakteristiknya yang berbeda, seperti:
1. Lithium-ion (Li-ion)
Baterai ini menjadi salah satu baterai yang paling banyak digunakan oleh kendaraan listrik yang diproduksi. Baterai ini memiliki rasio daya terhadap berat yang sangat tinggi. Baterai ini pun memiliki efisiensi energi tinggi dengan performa dalam menghadapi suhu tinggi yang juga baik. Baterai Li-ion juga mempunyai rasio energi yang lebih besar per berat.
Pengisian daya baterai ini juga cepat, bertahan lama dan kepadatan daya yang tinggi untuk kekuatan baterai yang lama pada kemasaan yang lebih ringan. Baterai ini juga memiliki tingkat “self-discharge” yang rendah, sehingga lebih baik daripada jenis baterai lainnya untuk mempertahankan kemampuan dalam menahan muatan penuh.
Nissan mengungkapkan bahwa mobil BEV (Battery Electric Vehicle) dan PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) adalah jenis mobil listrik yang paling banyak menggunakan baterai jenis ini.
2. Nickel-metal hydride (NiMH)
Baterai ini menggunakan hidrogen dalam menyimpan energi dengan nikel dan logam lain (seperti titanium) menjaga tutup ion hidrogen. Baterai Nimh dinilai memiliki siklus hidup atau usia pakai yang lebih lama dibandingkan dengan Lithium-ion.
Tidak hanya itu, baterai ini relatif lebih mudah untuk didaur ulang karena mengandung sedikit bahan yang beracun untuk lingkungan.
Namun, baterai mobil listrik jenis NiMH cenderung relatif lebih mahal dengan tingkat self-discharge yang tinggi, dan menghasilkan panas signifikan.
Baterai NiMH lebih banyak digunakan oleh kendaraan listrik hibrida (HEV).
3. Lead-acid
Nissan menjelaskan baterai SLA (lead-acid) menjadi salah satu baterai isi ulang tertua dibandingkan baterai lithium dan NIMH. Baterai ini cenderung murah dan aman, walaupun tidak memiliki kapasitas bersaing dan jauh lebih berat.
Baterai jenis ini digunakan untuk kendaraan komersial sebagai sistem penyimpanan sekunder dengan masih terus dikebangkan untuk mobil listrik berkapasitas besar.
4. Nickel-cadimum
Baterai ini memiliki kepadatan dalam penyimpanan yang signifikan dan msa pakai di 500 hingga 1.000 siklus dalam pengisian daya.
Baterai ini cenderung berat dengan sangat rentang terhadap efek memori, yaitu sebuah fenomena fisik berupa penurunan kinerja baterai jika mengalami siklus “pengosongan” sebagian.
Baterai Ni-Cd pada mobil listrik cenderung digunakan dalam produksi 1990-an. Tapi saat ini dilarang akibat toksisitas kadmium.
5. Solid-State
Baterai jenis ini digunakan dalam menghilangkan elektrolit cair berat yang hidup di dalam baterai lithium-ion. Penggantinya adalah elektrolit padat yang bisa berupa gelas, keramik, atau bahan lainnya.
Keseluruhan struktur, pengeluaran energi, hingga cara mengisi ulang dari baterai ini cenderung mirip dengan lithium-ion tradisional.
Baterai jenis ini umumnya telah digunakan pada perangkat kecil seperti alat pacu jantung, perangkat yang dapat dikenakan, hingga RFD dengan harapan dalam kemampuan untuk penggunaan di mobil listrik.
6. Ultracapacitor
Menurrut Nissan, berbeda dengan yang lainnya, jenis baterai ini digunakan dalam menyimpan cairan terpolarisasi antara elektroda dan elektrolit.
Baterai jenis Ultracapacitor sangat cocok sebagai perangkat penyimpanan sekunder pada kendaraan listrik karena membantu baterai elektrokimia meningkatkan tingkat bebannya.
Baterai ultracapacitor juga dapat memberikan tenaga tambahan untuk kendaraan atau mobil listrik selama akselerasi dan pengereman regeneratif.
HEDWIGE | NISSAN | JOBPIE
Source : otomotof.tempo.co