Warga Desa Urutsewu Boyolali Tak Perlu Beli Gas Elpiji, Manfaatkan Sumber Energi dari Kotoran Sapi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI – Setelah era minyak tanah, gas elpiji alias LPG sudah jadi kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia.
Tapi tidak di di Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Boyolali.
Mau harga gas elpiji naik berapapun, tak bakalan bikin pusing warga di desa ini.
Tahukah anda, di desa ini, warga sudah lama merdeka dari kayu bakar, minyak tanah, maupun elpiji.
Mereka menggunakan kotoran sapi untuk menyalakan kompor.
Warga yang tinggal di kawasan perbatasan Boyolali dan Kabupaten Semarang itu memanfaatkan limbah menjadi sumber energi terbarukan.
Lalu, bagaimana caranya?
Seluruh kotoran sapi dimasukkan ke dalam digester atau tangki bawah tanah pengurai kotoran.
Di dalam tangki, kotoran yang dicampur dengan air dengan perbandingan 1 : 1 itu akan terurai oleh bakteri.
Beberapa hari kemudian, kotoran yang ada di dalam tangki bawah tanah itu akan menghasilkan gas yang terikat di dalam ruang kedap udara.
Gas tersebut kemudian disalurkan pakai peralon ke kompor gas.
Dari gas itu, kompor pun bisa menyala, tak ada bedanya dibanding menggunakan elpiji.
Desa merdeka elpiji di Boyolali ini sebenarnya sudah digagas sejak 2013 lalu.
Tapi, baru viral belakangan, menyusul kelangkaan elpiji subsidi yang beberapa kali sempat menghantui warga.
Sri Haryanto, kepala desa terpilih saat itu, yang mencanangkan gerakan pembuatan sumur biogas secara masif.
Alasan Haryanto tak muluk-muluk.
Ia sebetulnya jengah dengan bau kotoran sapi yang mengganggu.
Haryanto kemudian berpikir bagaimana membuang kotoran sapi itu, tapi tak mencemari lingkungan, mengingat jumlahnya yang banyak.
Jadilah kotoran sapi itu jadi ‘bahan bakar’ sumur biogas.
Modalnya, adalah 2 sumur biogas bantuan dari pemerintah, atau tepatnya BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian).
Bantuan ini sebenarnya sudah lama diberikan ke Desa Urutsewu.
“Sayang belum digunakan maksimal. Saya tergerak untuk tidak tanggung-tanggung memanfaatkannya jadi ke seluruh desa,” kata Haryanto, kepada TribunSolo.com, Minggu (13/3/2022).
Dari yang awalnya dua sumur biogas saja, kini sudah ada 43 unit sumur di Desa Urutsewu.
Jumlah itu membuat semakin banyak kepala keluarga yang merdeka dari energi berbayar.
Satu sumur misalnya, bisa digunakan untuk menyalakan kompor di 3-7 rumah.
Source : Tribun Solo Official YT