Pentingnya Transformasi Bisnis Logistik ke Supply Chain
LOGISTIKNEWS.ID – Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, bisnis logistik dan rantai pasok tidak mengenal batas waktu dan wilayah, sehingga kita dituntut memiliki SDM yang inovatif, kreatif, dinamis dan kolaboratif untuk mencapai kesuksesan bisnis.
Untuk itu, membuka pola pikir pebisnis juga penting, agar kita dapat menyesuaikan dengan perkembangan bisnis di tingkat nasional maupun global.
“Bisnis logistik dan rantai pasok tidak hanya berkutat di Pelabuhan atau bandara, tetapi kegiatan ekonomi dari hulu hingga hilir,” ujar Yukki Nugrahawan Hanafi, saat memberikan sambutan pada acara Muswil ke V-DPW ALFI Kalimantan Barat (Kalbar), di Pontianak pada Kamis (16/2/2023).
Muswil bertema ‘Mengoptimalkan Peran ALFI untuk Mengoptimalkan Pertumbuhan Perekonomian di Kalimantan Barat’ itu dihadiri stakeholders terkait di Kalbar serta perusahaan anggota ALFI Kalbar maupun sejumlah wilayah di Indonesia serta undangan lainnya.
Yukki juga mengingatkan beberapa isue penting saat ini di tengah menurunnya kasus Pandemi Covid-19 dan Indonesia kini mengarah ke era endemi. Disisi lain kita dihadapkan kepada banyak persoalan tantangan global yang perlu kita antisipasi karena berimbas ke Indonesia, antara lain terjadinya krisis energi dan krisis pangan global, akibat perang Rusia-Ukraina.
Dia menambahkan, ancaman lain yang juga sangat mengkhawatirkan perekonomian dunia saat ini adalah perubahan iklim global dan banyaknya bencana alam (kekeringan, banjir, tanah longsor, gempa bumi, dll) di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
“Permasalahan global tersebut kini telah mengganggu rantai pasok (supply chain) global, yang juga menganggu rantai pasok di Indonesia, sehingga mengakibatkan langkanya container, ruang kapal terbatas dan tarif kapal melonjak tinggi, dll,” ucapnya.
Isu lainnya yang tak kalah penting, imbuh Yukki, soal hiper Inflasi di banyak negara dan naiknya suku bunga bank sentral di AS dan negara lainnya, termasuk Indonesia.
“Namun kita patut bersyukur perekonomian Indonesia masih tumbuh 5,3% tahun lalu dengan inflasi relative rendah, yaitu 5,51% pada tahun 2022,” ujarnya.
Ketum ALFI menegaskan pentingnya transformasi bisnis logistik ke arah yang lebih luas, yakni ke rantai pasok (supply chain), sehingga pebisnis logistik tidak bisa lagi hanya mengandalkan kegiatan di Pelabuhan atau Bandar Udara.
“Namun pebinis logistik mesti mengubah strategi dan menyesuaikan perkembangan ekosistem perekonomian nasional dan global,” paparnya.
Perekonomian Kalbar
Yukki mengingatkan supaya pebisnis logistik melalui ALFI Kalbar (bersama pemangku kepentingan lainnya) diharapkan dapat membangun eksosistem logistik di Kalimantan Barat yang lebih efektif, efisien dan produktif dengan memperhatikan faktor penggerak utamanya, yaitu: Komoditi; Regulasi; Infrastruktur; Teknologi Informasi & Komunikasi; Penyedia jasa logistik; dan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Untuk meningkatkan peran ALFI dan anggotanya dapat dilakukan dengan membangun SDM yang kompeten.Maka, ALFI Kalbar perlu meningkatkan Pendidikan vokasi bekerjasama dengan ALFI Institute serta memperbaiki kompetensi SDM melalui kerjasama dengan LSP Logistik Insan Prima,” ujar Yukki.
Menurut data BKPM, pada tahun 2022 realisasi penanaman modal dalam negeri di Kalbar mencapai Rp 9,38 triliun dengan 4.488 proyek. Capaian ini menempatkan Kalbar ke posisi 12 wilayah provinsi terbesar.
Sedangkan realisasi PMA mencapai US$ 745,5 juta dari 809 proyek, sehingga Kalbar berada pada posisi ke-15 dalam realisasi investasi asing.
Data tersebut menunjukkan bahwa Kalbar menjadi potensi baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hal itu dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi Kalbar mancapai 6,8% tahun 2022, ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional (5,3%).
“Investasi yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Kalbar merupakan peluang bagi anggota ALFI di Kalbar untuk memanfaatkan peluang tersebut sebaik-baiknya,” ujar Yukki.
Sementara itu, Ketua DPW ALFI DKI Jakarta Adil Karim mengatakan, mendukung kolaborasi antar pelaku bisnis logistik dan stakeholders antar wilayah, termasuk antara DKI Jakarta dengan Kalbar, termasuk dengan wilayah lainnya di Indonesia.[am]
Source : logistiknews.id