Daftar Mobil Listrik di RI yang Pakai Baterai LFP, Bukan Nikel
Bloomberg Technoz, Jakarta – Lithium ferro phosphate (LFP) sebagai alternatif bahan baku baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) ramai diperbincangkan usai disebut-sebut oleh calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, dalam debat Pilpres 2024 putaran ke-4 akhir pekan lalu.
Saat ini, setidaknya terdapat 2 produsen mobil listrik di Indonesia yang menggunakan LFP sebagai bahan baku baterai untuk produknya. Bahkan, raksasa otomotif China, Build Your Dreams (BYD), yang baru-baru ini memasuki pasar Tanah Air juga menggunakan baterai LFP, bukan nikel.
Proyek penghiliran nikel di dalam negeri, padahal, belakangan ini menjadi program yang diunggulkan oleh Presiden Joko Widodo. Dia mengatakan bahwa penghiliran nikel mampu mendongkrak nilai ekspor Indonesia dari Rp30 triliun menjadi Rp510 triliun.
“Sering saya beri sebuah gambaran nikel sebelumnya kita ekspor dalam bentuk raw material dalam bentuk bahan mentah per tahun nilainya kurang lebih Rp30-an triliun ekspor hanya mentahan. Begitu kita stop pada 2020, dan ekspor harus dalam barang setengah atau barang jadi, melompat satu tahun angkanya menjadi Rp510 triliun,” ujar Jokowi dalam pertengahan tahun lalu.
Di lain sisi, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi mengatakan pemerintah tidak keberatan bila produsen mobil listrik menggunakan bahan baku selain nikel untuk baterai, asalkan bahan baku tersebut berasal dari Indonesia.
“Apakah harus nikel? Buat kita hari ini di Indonesia ingin dorong open untuk teknologi besar, jadi bisa nickel based, LFP, hidrogen, atau sodium mungkin, tidak apa-apa juga. Nanti kita lihat, yang paling penting itu ada di Indonesia,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin pada pekan lalu.
Lantas, apa saja mobil listrik yang masuk Indonesia tetapi tidak menggunakan baterai berbasis nikel? Dirangkum melalui berbagai sumber, berikut daftar mobil listrik di Indonesia dengan bahan baku baterai LFP:
Wuling
Dilansir melalui situs jejaring resminya, mobil listrik Wuling seperti Air ev dan BinguoEV menggunakan LFP. Wuling Air ev mengusung baterai LFP yang mampu bertahan dengan jarak tempuh 200 hingga 300 kilometer dalam sekali pengisian daya.
Untuk spek Wuling Air ev Standard Range memiliki kapasitas baterai 18 kWh dengan dengan jarak tempuh mencapai 200 km. Sementara, Long Range kapasitas baterainya 26,5 kWh dengan jarak tempuh hingga 300 km.
Selanjutnya, BinguoEV menggunakan baterai LFP yang memiliki kapasitas baterai 31,9 kWh untuk jenis BinguoEV – 333 km Long Range dan BinguoEV – 333 Km Long Range AC. Sementara untuk BinguoEV – 410 km Premium Range memiliki kapasitas baterai 37,9 kWh.
Wuling mengatakan baterai LFP yang digunakan sudah melalui uji ketahanan terhadap air dan debu setingkat rating IP67. Selain itu, LFP juga diklaim memiliki beberapa keunggulan, seperti tingkat keamanan yang tinggi, umur masa pakai yang panjang dan daya tahan terhadap suhu tinggi.
BYD
General Manager BYD Asia-Pacific, Liu Xueliang menjelaskan perusahaan saat ini menggunakan baterai berbasis LFP. Hal ini disampaikan saat BYD melakukan peluncuran terhadap 3 mobilnya di pasar Indonesia, yakni BYD Seal, BYD Atto3, dan BYD Dolphin.
Liu mengatakan, BYD merupakan perusahaan yang lahir dari bisnis baterai kendaraan listrik. Lalu, perusahaan memutuskan untuk menggunakan baterai berbasis LFP karena dinilai sangat aman berdasarkan riset dan analisis yang dilakukan terhadap seluruh bahan baku untuk membuat baterai.
Namun, dirinya mempertimbangkan menggunakan sumber bahan baku nikel di Indonesia untuk baterai mobil listrik.
“Secara bagaimana BYD bisa menggunakan sumber bahan baku nikel di Indonesia setelah kita menuju hal ini, kita pasti akan cari lebih ke dalam analisis pasar dan mungkin masa depan bagaimana dukung ini pengembangan bisnis kami di Indonesia,” ujar Liu dalam agenda BYD Brand dan Product Launching Ceremony di Jakarta, Kamis (18/1/2024).
Chery
Memperkenalkan mobil listriknya Omoda 5 di Indonesia saat ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2023 pada Oktober tahun lalu, Chery juga menggunakan baterai LFP pada kendaraannya.
Omoda 5 EV hadir dengan sejumlah keunggulan, seperti daya tempuh yang mencapai 450 km, pengisian daya baterai yang cepat, hingga berbagai fitur keamanan yang canggih.
“Baterai Omoda 5 EV bisa diisi hingga 80% hanya dalam 35 menit,” kata Presiden PT Chery Sales Indonesia & Vice President Chery International Swan Xu.
Meski demikian, untuk saat ini status Omoda 5 EV masih tahap perkenalan. Mobil listrik dengan baterai berkapasitas 61 kWh ini juga bakal dirakit secara lokal dan dipasarkan di Indonesia.
Kapasitas baterai tersebut mampu mengantarkan Omoda 5 EV menjelajah hingga 450 km. Selain itu, tenaga yang dihasilkan mencapai 221 tk.
Tesla
LFP memang menjadi isu besar dalam dunia otomotif global di tengah upaya adopsi massal kendaraan listrik yang ditantang oleh tingginya biaya produksi. Harus diakui, bagian termahal dari sebuah EV adalah baterainya, yang menghabiskan sepertiga dari keseluruhan ongkos produksi sebuah mobil listrik.
Itu sebabnya produsen mobil di China mulai beralih ke baterai LFP, yang lebih murah dibandingkan dengan paket listrik lain yang banyak digunakan. Kini, pabrikan Amerika Serikat (AS) termasuk Ford Motor Co dan Tesla Inc berusaha mengejar ketinggalan.
Peralihan ke baterai LFP akan berlaku untuk kendaraan kelas standar Tesla, kata perusahaan itu dalam rilis, membenarkan strategi yang ditandai sejak 2020 untuk menggunakan komponen anggaran guna menghasilkan model-model yang berbiaya lebih rendah.
Tesla pun telah menggunakan baterai LFP di China yang dipasok oleh Contemporary Amperex Technology Co (CATL), pembuat baterai terbesar di dunia.
Pada Hari Baterai Tesla September 2021, Elon Musk juga menyebut perusahaannya mungkin akan menggunakan komponen LFP untuk model-model berbiaya rendah, bahan kimia berbasis nikel-mangan untuk mobil jarak jauh, dan bahan kimia tinggi nikel untuk Semi dan Cybertruck yang bekerja lebih keras.
Source : bloombergtechnoz.com