Penggunaan Teknologi Blockchain dalam Pengelolaan Rekam Medis
Dalam penyelenggaraan rekam medis, sarana pelayanan kesehatan di Indonesia mulai beralih dari pencatatan konvensional dalam bentuk fisik kertas ke pencatatan berbasis elektronik. Meskipun demikian, masing-masing sarana pelayanan kesehatan membangun sistemnya sendiri dan tidak terintegrasi dengan sarana pelayanan kesehatan lain. Komunikasi atau pertukaran data antar sarana pelayanan kesehatan menjadi kunci penting untuk memperoleh data rekam medis pasien yang lengkap dan komprehensif. Terkait dengan pertukaran data pasien, implementasi rekam medis elektronik juga menimbulkan isu baru terkait privasi data. Tantangannya adalah bagaimana dapat mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis data pasien secara komprehensif dan terintegrasi tanpa harus melanggar privasi pasien (Yue et al, 2016).
Berbagai isu, tantangan, dan masalah yang dihadapi dalam implementasi rekam medis elektronik dapat diatasi dengan teknologi blockchain. Blockchain adalah sistem database terdistribusi yang dapat menelusuri setiap data yang tersimpan di dalamnya. Transaksi data yang tersimpan dalam blockchain diurutkan berdasarkan blok dimana sebuah blok terdiri atas data, keterangan waktu transaksi, dan tautan kepada blok yang memuat transaksi sebelumnya. Masing-masing blok akan memiliki identitas digital yang akan dienkripsi dengan algoritma tertentu. Blok tersebut akan tersimpan pada setiap node dalam jaringan secara desentralisasi dan membuat blok data bersifat tetap atau tidak dapat dirubah (Swan, 2015). Blok data hanya bisa ditambahkan dan tidak dapat dirubah karena merubah data pada satu blok akan mempengaruhi blok lainnya sehingga akan ditolak oleh sistem blockchain. Dengan konsep ini maka dapat dipastikan data dalam blockchain aman dari peretas sistem yang ingin merubah data.
Data dalam blockchain juga bersifat kekal atau aman dari kerusakan dan kehilangan karena data disimpan dalam berbagai tempat yang terhubung melalui jaringan peer to peer. Tidak seperti sistem database terpusat dimana jika data pada server hilang maka seluruh client juga akan kehilangan data. Pada blockchain, data dengan mudah dapat ditelusuri dan diverifikasi dengan membandingkan blok data yang tersimpan dalam setiap node dalam jaringan. Jika ada blok data baru yang terbentuk maka node yang membentuk blok data baru tersebut akan melakukan broadcast pada seluruh node yang terhubung dalam jaringan. Selanjutnya akan dilakukan sinkronisasi sehingga setiap nodeakan menyimpan data blokchain terbaru yang memuat seluruh blok data.
Informasi dalam blockchain tersedia bagi siapa saja yang terhubung dalam jaringannya, meskipun demikian aturan terhadap akses atau privasi data dapat dengan mudah diatur. Hal ini menjadikan blockchain menjadi teknologi yang sangat cocok untuk digunakan dalam manajemen rekam medis elektronik (yue t al, 2016). Hal ini juga yang membuat blockchain menjadi teknologi yang menarik bagi peneliti dan praktisi di bidang informatika kesehatan untuk memperbaiki komunikasi klinis dengan tetap melindungi privasi pasien (Zhang et al, 2018).
Dengan implementasi blockchain, setiap cata
tan medis pasien akan terpelihara dengan baik, kekal, dan aman. Selain itu pasien dapat mengatur sendiri kepada siapa saja informasi kesehatannya dapat dibagikan. Semakin banyak sarana pelayanan kesehatan yang terhubung ke dalam blockchain maka semakin lengkap pula data kesehatan seorang pasien.
Yang & Yang (2017) mengajukan sebuah skema pengelolaan rekam medis dan pertukaran data berbasis blockchain. Sebagai contoh jika pasien A berobat ke rumah sakit B maka datanya akan tersimpan di rumah sakit B, kemudian jika ia berobat ke rumah sakit C maka datanya akan tersimpan di rumah sakit C. Dengan persetujuan pasien A melalui sebuah antarmuka aplikasi, data pasien tersebut di rumah sakit B juga dapat diakses oleh rumah sakit C. Riwayat kesehatan pasien dapat dibaca dengan lengkap oleh pemberi pelayanan yang terakhir dengan aturan tertentu yang disepakati bersama dalam blokchain.
McFarlane (2017) mengenalkan Patientory Blockchain Network dimana data pasien tersimpan secara desentralisasi dan terhubung melalui jaringan peer to peer. Melalui sistem ini data terjamin kelengkapan, keakuratan, konsistensi, ketepatan waktu, serta ketersediannya dan pasien memiliki kontrol penuh terhadap pelepasan informasi kesehatannya. Hal serupa juga diadopsi pada Healthcare Data Gateway, sebuah aplikasi mobile yang memungkinkan pasien mengelola dan mengatur kepada siapa informasi kesehatannya dapat dibagikan (Yue et al, 2016).
Source : mik.sv.ugm.ac.id